Selamat Datang

Selamat Bergabung

Kamis, 17 Maret 2011

Bencana Alam Akibat Perubahan Iklim

BENCANA AKIBAT PERUBAHAN IKLIM
http://www.dw-world.de/image/0,,4421338_1,00.jpg
Setiap tahunnya, 250 juta orang menjadi korban bencana alam. Sejak 1992 organisasi internasional mengeluarkan dana sekitar 2,7 miliar Dollar untuk mengurangi dampak angin topan, banjir dan kekeringan.
Walter Amman adalah ketua Forum Risiko Global. Organisasi yang berkedudukan di Davos, Swiss itu berusaha mengidentifikasi ancaman bagi masyarakat.  Bagi Walter Amman tidak dapat diragukan lagi, bahwa perubahan iklim menjadi penyebab bertambahnya bencana alam akibat ekstremnya cuaca.
Ia mengatakan, "Jika orang memperhatikan cuaca dalam 10 tahun terakhir, maka orang dapat melihat bahwa kerugian harta benda bertambah. Dan saya pikir, orang tidak dapat lagi berargumentasi bahwa orang sekarang dapat memperkirakan perubahan cuaca dengan lebih baik, lebih cepat dan lebih tepat dibanding dengan 20 tahun yang lalu. Tren menunjukkan peningkatan."
Badan Jerman, Komite untuk Penanggulangan Bencana Alam DKKV menilai perubahan iklim sebagai salah satu alasan bagi meningkatnya jumlah dan tambah besarnya bencana alam. Oleh sebab itu, organisasi tersebut menuntut semakin baiknya  tindakan antisipasi dalam menghadapi perubahan iklim serta penanganan dampak bencana alam.
Profesor Gerd Tetzlaff, ahli meteorologi di Universitas Leipzig, adalah ketua dewan ilmu pengetahuan di DKKV. Ia menekankan, tidak semua negara sama terancamnya oleh bencana alam akibat perubahan iklim. Terutama bencana yang sangat besar, sifatnya regional. Demikian Tetzlaff.
Juga Melanda Negara Industri Maju
Di banyak negara Eropa, meningkatnya suhu bumi telah menyebabkan semakin banyaknya gelombang suhu panas, sehingga risiko kebakaran hutan juga bertambah. Perubahan iklim bukan satu-satunya penyebab bencana seperti itu, tetapi mengakibatkan kondisi yang mempermudah terjadinya bencana. Dan di beberapa daerah di dunia cuaca yang ekstrem lebih intensif dari biasanya. Misalnya angin topan di daerah Karibik. Menurut perkiraan iklim, keadaan cuaca ini masih akan bertambah ekstrem, tetapi besarnya masih harus diteliti lagi.
Katrina menyebabkan sebagian besar New Orleans dilanda banjir (2005)Bencana alam akibat angin topan Katrina di New Orleans tahun 2005 lalu menunjukkan, bahwa negara industri kaya juga terancam. Tetapi negara seperti itu biasanya lebih mampu mengatasi dampak bencana alam. Sedangkan di negara-negara miskin situasinya berbeda. Menurut Profesor Gerd Tetzlaff, negara miskin lebih terkena dampak perubahan apapun yang berasal dari luar, misalnya perubahan iklim. Kemampuan sebuah negara miskin untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan cuaca yang ekstrem sangat terbatas.





BEBERAPA BENCANA ALAM DARI GEJALA GEOLOGI
a.    Tanah Longsor
Longsoran merupakan suatu gerakan tanah pada lereng. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan serta kajian pada beberapa teori gerakan tanah (Skempton dan Hutchinson  (1969), Chowdhury (1978), serta Varnes (1978), dapat didefinisikan bahwa gerakan tanah merupakan suatu gerakan menuruni lereng oleh massa tanah dan atau batuan penyusun lereng, akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut. Massa yang bergerak dapat berupa massa tanah, massa batuan ataupun batuan penyusun lereng. Jika massa yang bergerak ini didominasi oleh massa tanah dan gerakannya melalui suatu bidang pada lereng, baik berupa bidang miring atau lengkung, maka proses pergerakan tersebut disebut sebagai longsoran tanah.
Secara umum terjadinya tanah longsor di Indonesia, terdapat pada lahan dengan kondisi alamiah ataupun kondisi non alamiah. Kondisi alamiah lahan yang rawan longsor antara lain kondisi geologi (adanya jalur-jalur patahan dan retakan batuan yang mengakibatkan kondisi lereng miring >20, adanya tumpukan tanah lolos air di atas batuan kedap air, dan terdapatnya bidang-bidang perlapisan atau retakan batuan yang miring ke arah luar lereng), kondisi hujan yang mempunyai curah tertentu sehingga mampu mendorong massa tanah untuk longsor, dan sistem hidrologi (tata air) pada lereng. Sedangkan kondisi non alamiah lahan yang rawan longsor antara lain pola penggunaan lahan yang kurang tepat seperti pembukaan hutan secara sembarangan, penanaman jenis pohon yang terlalu berat (misalnya pohon durian, manggis dan bambu) dengan jarak tanam yang terlalu rapat, pemotongan tebing atau lereng untuk jalan dan pemukiman.
Situs arkeologi yang pernah terkena bencana tanah longsor contohnya Candi Selogriyo. Candi yang terletak di Dukuh Campurejo, Desa Kembangkuning, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan berada  pada posisi 72240,5 LS dan 1100953,31 BT, merupakan daerah pegunungan dengan lereng bervariasi antara 30 sampai dengan lebih dari  45.
Pada tanggal 1 Januari 1999 tanah pendukung candi tersebut longsor akibat adanya kebocoran pada sambungan pipa jaringan distribusi sumber air yang berada di sebelah barat lokasi candi dan  ketinggiannya lebih tinggi daripada lokasi candi, faktor curah hujan yang tinggi dan keruntuhan konstruksi penahan tanah yang terjadi pada tahun 1996 dan 1998. Selain itu kondisi tanah di Candi Selogriyo yang berupa tanah kelempungan yang sangat sensitif terhadap perubahan kadar air dapat menurunkan karakteristik fisis dan mekanis tanah  juga turut mempengaruhi bencana tersebut.
Pada bulan November 2007 BP3 Jawa Tengah mendapatkan laporan dari juru pelihara Candi Selogriyo bahwa terjadi kelongsoran tanah yang mengancam kelestarian candi tersebut, tepatnya di sebelah timur candi. Dari kondisi di lapangan tampak bahwa bagian tanah yang longsor sangat dekat dengan Candi Selogriyo, lebih kurang berjarak hanya 5 m. di depan candi. Akibat langsung terhadap stabilitas Candi Selogriyo hingga sekarang masih dalam tahap penelaahan. Dari hasil pengukuran sementara, diketahui pada sisi selatan dan sisi timur Candi Selogriyo terjadi kemiringan dinding ke arah luar. Ancaman terhadap stabilitas candi ini kemungkinan dipengaruhi oleh pergerakan tanah di bawahnya. Candi   Selogriyo diperkirakan terancam kembali karena sewaktu-waktu dapat runtuh akibat tanah yang ditempatinya rawan longsor.

b.    Gempa bumi
Gempa bumi termasuk bencana yang paling dahsyat diantara sekian banyak bencana alam geologi karena bisa terjadi kapan saja sepanjang tahun, tanpa dapat diprediksi kapan waktunya, dengan dampak buruk yang terjadi secara mendadak. Gempa bumi merupakan fenomena yang merupakan akibat dari pelepasan energi secara tiba-tiba yang diawali oleh pergeseran ekstrem secara mendadak dari kerak bumi. Energi yang terakumulasi dalam area gempa bumi terjadi secara bertahap dan membentuk energi potensial. Terlepasnya energi terjadi karena kerak bumi tidak bisa menahan desakan yang disebabkan karena pergerakan relatif diantara sesar-sesar. Resistensi dari kerak bumi menentukan kekuatan gempa.
Gempa bumi yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 pada jam 05.54 di Yogyakarta dan beberapa daerah di Jawa Tengah dengan kekuatan 5,9 skala Richter selain menewaskan sekitar 6.000 orang, juga menyebabkan kerusakan infrastruktur serta beberapa situs arkeologi yang terkena dampaknya antara lain Kompleks Candi Prambanan dan sekitarnya seperti Candi Sewu, Candi Lumbung, Candi Prambanan, Candi Plaosan dan Candi Sojiwan.
  

 












c.    Letusan Gunung Api
Letusan gunung api merupakan bagian dari aktifitas vulkanik yang dikenal dengan istilah erupsi. Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif, karena berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng ini terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material di sekitarnya yang merupakan cairan pijar atau magma. Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan-rekahan mendekati permukaan bumi.
Bahaya letusan gunung api berdasarkan waktu kejadiannya yaitu bahaya utama atau primer (awan panas, lontaran material pijar, hujan abu lebat, lava, gas beracun dan tsunami), bahaya ikutan atau sekunder (terjadi setelah letusan akibat adanya penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas, pada saat musim hujan sebagian material tersebut akan terbawa air hujan dan terbentuk adonan lumpur yang turun ke lembah sehingga terjadi banjir bebatuan yang disebut lahar).
Bahaya letusan gunung api bersifat merusak dan mematikan. Salah satu gunung api di Indonesia yang cukup fenomenal karena letusannya adalah Gunung Merapi. Letusan gunung ini mengakibatkan terkuburnya candi-candi di sekitar lereng Gunung Merapi, seperti Candi Sambisari, Candi Gebang (196 m dpl) di Mancasan, yang terkubur oleh perselingan endapan piroklastik dan lahar dari paleosol, Candi Kedulan (177 m dpl) yang runtuh dan terkubur oleh bahan klastika Merapi, Candi Kadisoko (160 m dpl) yang terkubur oleh tujuh sekuen  bahan klastika Gunung Merapi dan Candi Morangan (345 m dpl).


                   
http://purbakala.jawatengah.go.id/images/upload/bencana_alam/gunung_berapi.JPG
d.    Tsunami
Tsunami merupakan istilah dalam bahasa Jepang yang berasal dari kata: tsu = gelombang dan nami = pelabuhan sehingga dapat diartikTan gelombang yang menyerang pelabuhan atau daratan. Pada dasarnya tsunami adalah suatu gelombang laut yang terjadi akibat adanya gangguan di dasar laut sehingga gelombangnya dapat mencapai pantai.




Gangguan di dasar laut dapat berupa :
  1. Gempa bumi
  2. Letusan gunung api dasar laut
  3. Longsoran di dasar laut

Magnitudo tsunami yang terjadi di Indonesia berkisar antara 1,5-4,5 skala Imamura, dengan tinggi gelombang tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara 4 - 24 meter dan jangkauan gelombang ke daratan berkisar antara 50 sampai 200 meter dari garis pantai.
Berdasarkan katalog gempa (1629 - 2002) di Indonesia pernah terjadi tsunami sebanyak 109 kali , yakni 1 kali akibat longsoran (landslide), 9 kali akibat gunung berapi dan 98 kali akibat gempa bumi tektonik. Yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami adalah gempa yang terjadi di dasar laut, kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km, magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 skala Richter, serta jenis pensesaran gempa tergolong sesar naik atau sesar turun.
Gempa bumi dan gelombang tsunami yang terjadi di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 telah merusak situs-situs arkeologi. Salah satunya Kompleks Makam Syiah Kuala yang rusak parah dan nisan-nisannya terhempas dan berserakan.
Selain itu, kerusakan cukup parah terjadi di Makam Putroe Ijo di Desa Gampong Jawa, Mesjid Tengku Di Anjong di Desa Peulanggahan dan Gedung Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh (PDIA) yang berada di Jalan Profesor Abdul Madjid Ibrahim, Banda Aceh. Gedung PDIA yang terletak tak jauh dari Lapangan Blang Padang, Banda Aceh itu, merupakan gedung bersejarah yang pernah dijadikan sebagai pusat pertemuan ahli mistik Belanda sekitar abad ke 18. Situs lainnya yang rusak adalah masjid kuno di kawasan Ulee Lhueu, dan Gedung SMPN I Banda Aceh.
Sementara, situs lainnya yang selamat dari tsunami, Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Pendopo Gubernur, Taman Gunongan, Pinto Kop dan Makam Sultan Iskandar Muda.

GEJALA CUACA
Pada awal tahun 2011, sejumlah bencana terjadi disebabkan oleh cuaca ekstrim. Cuaca ekstrim terjadi karena suhu permukaan air laut meningkat sehingga mempercepat terjadinya penguapan yang membentuk awan hujan. Akibatnya hujan terus menerus terjadi sepanjang tahun 2010 hingga awal tahun 2011. Penyebab utama cuaca ekstrim adalah adanya ekspansi vertikal awan, curah hujan yang meningkat dan berpeluang menyebabkan puting beliung. Cuaca ekstrim terjadi karena siklus basah dan kering yang terlalu cepat akibat La Nina dan pemanasan global.
Curah hujan yang tinggi dan terus menerus terjadi disebabkan oleh fenomena La Nina di Asia-Pasifik. Menurut Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Indonesia, Dr Widada Sulistya, fenomena La Nina muncul karena suhu air laut di Pasifik bagian Timur lebih dingin dari biasa. Ketika La Nina muncul, bagian sebelah barat pasifik mengalami peningkatan curah hujan sementara bagian sebelah timur pasifik mengalami pengurangan curah hujan. Di sebelah barat Pasifik terjadi peningkatan curah hujan adalah di Cina, Indo Cina, Indonesia dan Australia (BBC-Indonesia).
Data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Indonesia serta badan meteorologi dunia menunjukkan bahwa fenomena La Nina akan berlangsung hingga awal tahun 2011, sekitar bulan Januari-Februari 2011. Fenomena La Nina sedikit dipengaruhi oleh perubahan iklim yang terjadi. Setidaknya frekuensi La Nina menjadi lebih sering dari sebelumnya. La Nina muncul pada kisaran antara 2-7 tahun, jadi La Nina tidak rutin muncul setiap tahun, tetapi kadang-kadang tiga tahun, dua tahun dan paling lama tujuh tahun sekali. Untuk Indonesia situasinya akan memburuk karena wilayah Indonesia bagian barat memasuki musim hujan setiap bulan Oktober hingga Maret. Sekarang sudah masuk periode basah yang membawa kumpulan awan, tapi suhu muka laut tinggi.
Bukan hanya di Indonesia mengalami cuaca ekstrim, tetapi hampir dialami semua wilayah di seluruh dunia. Bencana banjir bandang di Queensland dan Brisbane, Australia serta longsor di Brazil adalah salah satu bencana akibat cuaca ekstrim. Tahun 2010 lalu, banjir besar di Pakistan karena curah hujan tinggi mengakibatkan 1.600 jiwa menjadi korban meninggal dan jutaan orang lainnya mengungsi. Lain halnya di Rusia, terjadi gelombang panas diatas batas normal dengan suhu 38 derajat celcius telah menewaskan 700 orang per hari. Gelombang panas ini dikatakan yang terburuk selama 1.000 tahun terakhir. Sementara suhu panas paling ekstrim di Indonesia berada pada kisaran 36 hingga 37 derajat celcius.
Pada bulan Maret 2010, suhu rata-rata di Indonesia sempat mencapai 35 derajat celcius. Kondisi suhu paling ekstrim hingga 37 derajat sangat jarang, terakhir kali terjadi sekira tiga tahun lalu (tahun 2007). Peningkatan suhu sebesar 0,7 derajat saja memerlukan jangka waktu 100 tahun. Kejadian  anomali yakni suhu muka laut yang tinggi terjadi lebih banyak di Indonesia bagian Timur, yaitu di Selat Makassar, Laut Banda, dan Laut Arafura. Sekarang mencapai 30 derajat Celcius, sementara suhu normalnya adalah 26-27 derajat Celcius.
Selain kejadian anomali cuaca di laut Indonesia bagian Timur, anomali juga terjadi di laut bagian Selatan Sumatera dan laut bagian Selatan Jawa. Suhu laut di wilayah ini juga mencapai 30 derajat Celcius, di atas suhu normal sebesar 28-29 derajat Celcius. Cuaca ekstrim ini menyebabkan gelombang laut tinggi hingga di atas tiga meter. Cuaca ekstrim  akan merata di seluruh wilayah Indonesia, kecuali Selat Karimata dan Laut Cina Selatan yang relatif aman (tempointeraktif.com).
Bencana Angin Kencang
Setidaknya ada tiga macam bencana alam yang sering terjadi akibat langsung dari cuaca ekstrim yakni angin kencang serta banjir. Angin kencang yang dimaksud dalam tulisan ini adalah tornado dan angin puting beliung. Bencana lainnya adalah tanah longsor akibat curah hujan yang tinggi pada daerah yang rawan tanah longsor seperti perbukitan atau gunung yang gundul. Angin kencang adalah salah satu kejadian alam diantara kejadian alam lainnya akibat cuaca ekstrim yang paling berbahaya dan mematikan.
Angin tornado terjadi disebabkan oleh perubahan lapisan udara yakni ketika lapisan udara dingin berada diatas lapisan udara panas. Pada saat bersamaan udara panas naik dengan kecepatan 300-an km/jam. Udara yang menyusup dari sisi inilah yang mengakibatkan angin berputar sehingga membentuk tornado. Rata-rata kecepatan angin tornado mencapai hingga 400 km/jam serta lebar cerobong antara 15 - 365 meter. Angin tornado memiliki potensi daya rusak yang sangat dahsyat dan dapat menyebabkan kerusakan segala benda yang dilaluinya.
Sementara gejala awal angin puting beliung adalah udara terasa panas dan gerah (sumuk), di langit tampak ada pertumbuhan awan Cumulus (awan putih bergerombol yang berlapis-lapis), diantara awan tersebut ada satu jenis awan mempunyai batas tepinya sangat jelas bewarna abu-abu menjulang tinggi yang secara visual seperti bunga kol, awan tiba-tiba berubah warna dari berwarna putih menjadi berwarna hitam pekat (awan Cumulonimbus), ranting pohon dan daun bergoyang cepat karena tertiup angin disertai angin kencang, durasi fase pembentukan awan, hingga fase awan punah berlangsung paling lama sekitar 1 jam. Karena itulah, masyarakat agar tetap waspada selama periode ini
Bagi kalangan awam, gejala alam sebelum terjadinya angin puting beliung dapat dideteksi melalui cuaca sekeliling yang dapat dirasakan. Apabila pada saat siang hari dirasakan cuaca panas yang tidak normal, namun tiba-tiba turun hujan lebat maka biasanya terjadi angin puting beliung. Kejadian angin puting beliung bisa dilihat melalui benda-benda yang ringan yang beterbangan berputar - putar tidak beraturan dan terdengar suara gemuruh yang memekakkan telinga.
Sebuah sumber menyebutkan badai tornado cepat berkembang disertai hujan, guntur dan kilat. Ketika suhu tanah meningkat, udara panas dan lembab mulai naik. Ketika hangat, udara lembab dan dingin memenuhi udara kering, itu terangkat ke atas, masuk lapisan udara atas. sebuah awan petir mulai tercipta pada fase ini. Pergerakan udara keatas sangat cepat. Angin dari sisi samping menyebabkan arah yang berbeda dan membentuk sebuah pusaran. Sebuah kerucut hasil putaran udara yang berpilin terlihat mulai terbentuk dan dapat dilihat dari awan ke permukaan tanah.
Epidemiologi Bencana
Angin puting beliung atau angin kencang atau angin tornado (hurricane, typhoon, cyclone) merupakan salah satu dari beberapa bencana alam akibat cuaca ekstrim. Angin puting beliung berpotensi mendatangkan risiko bencana disebabkan ciri khususnya yang cepat berpindah dan sasaran yang meluas. Kejadiannyapun selalu datang secara tiba-tiba sehingga sulit dihindari.
Beberapa upaya pencegahan dari risiko bencana angin kencang adalah (1) menghindari berada didekat pepohonan yang tinggi, rimbun dan rapuh. Bila mendapati pepohonan dengan ciri seperti itu disekitar tempat tinggal, maka sebaiknya ditebang untuk menghindari risiko; (2) menghindari bepergian ketika cuaca di angkasa terlihat gelap; (3) apabila cuaca gelap terjadi ketika dalam perjalanan, maka sebaiknya memilih berlindung ditempat yang aman dari risiko tertimpa benda keras dan padat seperti tidak berada dibawah jaringan kabel listrik, pohon, menara telekomunikasi, billboard, dan lainnya; (4) memperhatikan atap rumah yang mudah terhempas angin kencang agar diperbaiki bagian yang rapuh dan bagian-bagian rumah lainnya yang labil seperti pintu dan jendela; (5) menanam pepohonan yang tahan angin seperti pohon cemara, beringin atau pohon asam (Diolah dari berbagai sumber pustaka).

 persen bencana yang terjadi di berbagai belahan dunia terkait dengan perubahan iklim. Peran media menjadi sangat penting dalam menunjang edukasi untuk membuat langkah adaptasi dan mitigasi mengurangi dampak perubahan iklim tersebut.
Demikian dikemukakan Sekretaris Jenderal Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) Michel Jarraud dalam pembukaan lokakarya Media 21 Global Journalism Network dengan tema "Perubahan Iklim III: Dampak Terhadap Kawasan Pantai dan Negara Kepulauan".
"Bencana banjir merupakan bencana yang paling banyak terjadi dan menewaskan ribuan orang dari berbagai negara setiap tahun," kata Jarraud.
Bencana banjir, lanjutnya, terjadi karena curah hujan ekstrem akibat gangguan cuaca, seperti siklon tropis. Perhatian WMO kini, selain pada persoalan iklim dan cuaca, juga pada persoalan air atau hidrologi.
Dampak lain adalah kekeringan yang mengancam keamanan pangan dunia. Pada dasarnya, fenomena perubahan iklim menimbulkan curah hujan ekstrem dalam waktu makin singkat, kemudian menjadikan masa kekeringan makin panjang. Ketidakpastian alam menjadi semakin tinggi.


TUGAS IPA IBU ISMIM
Tentang Bencana Yang Di Akibatkan Oleh Geologi, Cuaca, Iklim.



















Disusun oleh              : Romlatul Salamah (25)
                                          : Masruroh (17)









PAMEKASAN SMKN 3 PAMEKASAN
Jl. Kabupaten no. 03



















 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar